BBWS Ciliwung Cisadane

PENGENDALIAN BANJIR DAN PERBAIKAN SUNGAI CILIWUNG CISADANE (PBPS CC)

Download file: sekapur-sirih-ciliwung-pak-teguh 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane dari sejak dibentuknya pada tahun 1965 sampai sekarang tahun 2007 yang telah beberapa kali mengalami perubahaan nama; Pada awalnya pengendalian banjir di Wilayah Jakarta berdasarkan keputusn Presiden RI No.: 29/1965 tanggal 11 Februari 1965 terbentuk suatu institusi dengan nama “KOMANDO PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RAYA” (Koppro Banjir), yang bertugas mengendalikan banjir di wilayah Jakarta dengan 13 sungai yang melitas kota Jakarta, dengan program penanganan jangka pendek dan menyusun Perencanaan Sistem Drainase jangka panjang; dari hasil kerja terbitlah “Buku Pola Induk Tata Pengaturan DCI Jakarta  Raya, 1965-1985, dengan rekomendari antara lain : Pembangunan waduk Pluit, Setiabudi, Melati dan Tomang Barat; Pembangunan Koker di Jalan Sudirman (K. Krukut); Pembangunan sodetan K. Grogol (Pd. Pinang) ke K. Pesanggrahan (Bintaro).

Pada tahun 1972 persetujuan bantuan teknik dari Pemerintah Belanda, untuk menyusun “Masterplan for Drainage and Flood Control of Jakarta” yang ditandatangani oleh Ir. Sutami (Menteri PUTL) dan Mr. H. Scheltema (Duta Besar Belanda) pada tanggal 2 Agustus 1972 dengan pelaksananya  Directorate of International Technical Assistence of NEDECO dengan Project Supervisor Prof. H.J. Schoemaker; Tim koordinasi penyusunan Masterpan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No.: 19 tanggal 22 Mei 1972, dengan susunan antara lain Pemimpin Proyek Banjir Jakarta Raya, Kepala Dinas PU DKI, Kepala Dinas Tata Kota DKI Jakarta, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Direktur Teknik Penyehatan Ditjen Cipta Karya Dep.PU dll.

Pada tahun 1992 institusi berubah menjadi Proyek Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, yang merupakan pengembangan dari Proyek Pengendalian Banjir yang semula wilayah kerja hanya meliputi wilayah DKI Jakarta, dengan luas wilayah + 635 km2, wilayah kerja yang sekarang mencakup Jabodetabek dengan luas wilayah kerja menjadi + 6.070 km2.

Pada tahun 1997 Pemerintah Jepang (JICA) dan Pemerintah Indonesia (Ditjen Pengairan, Dep.PU) menyusun “Masterplan for Comprehensive River Water Management Plan in Jabodetabek” dengan fookus utama Pengendalian banjir tahun 1995-1997, kemudian disebut “Masterplan 1997”; Tim ini didampingi oleh tim Koordinasi yang dibentuk olelh Direktur Jenderal Pengairan No.: 136/Kpts/A/1995.

Pada tahun 2007, sesuai dengan peraturan Menteri PU No.: 26/PRT/M/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.: 12/PRT/M/2006 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja BBWS dan Permen PU No.:  13/PRT/M/2006 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai Wilayah Sungai, Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung Cisadane pada Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, dengan kebijakan baru berubah menjadi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, dengan binaannya Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane; dan Proyek Pengendaliian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung Cisadane berubah menjadi Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane pada Satuan Kerja Balai Besar Ciliwung Cisadane, dengan wilayah kerja Jabodetabek, dengan batas sebelah Barat K. Cimanceri dan sebelah Timur K.  Cilemahabang, Sebelah Selatan Kab. Cianjur dan sebelah utara Laut Jawa/Kepulauan Seribu

Tugas dari Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, monitoring, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pengendali banjir yang ada diwilayah kerja  terutama untuk sungai-sungai yang melewati dua provinsi/lintas provinsi, untuk lintas Kabupaten/Kota diserahkan kewenangannya kepada Provinsi, sedang yang berada di Kabupaten/Kota kewena-ngannya berada di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Sarana pengendali banjir yang telah dilaksanakan oleh Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane,  Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane meliputi :

a) Wilayah Barat :

  • Sodetan Grogol – Pesanggrahan
  • Waduk Tomang Barat Jakarta Barat
  • Waduk Hamkam Slipi Jakarta Barat
  • Gd. Pompa Muara Karang
  • Normalisasi K. Grogol Bawah (Palmerah s/d Citraland)
  • Cengkareng Drain pengganti Extension
  • Sodetan Grogol Sekretaris Banjir Kanal Barat

b) Wilayah Tengah :

  • Waduk Setiabudi Barat & Timur
  • Waduk Melati
  • Waduk Rawa Kepah
  • Waduk Grogol
  • Pompa Pondok Bandung
  • Gd. Pompa Siantar
  • Normalisasi K. Cideng Bawah
  • Normalisasi K. Ciliwung Bawah (lama)
  • Saluran by-pass sekeliling Waduk Pluit
  • Peningkatan sistem drainase Taman Sari
  • By-pass Duri Drain ke sistem drainase Wd. Pluit
  • Peningkatan kapasitas Banjir Kanal Barat (sebagian), dan penanganan untuk keseluruhannya  diprogramkan dengan multiyears 2007-2009.

c) Wilayah Timur :

  • Normalisasi K. Sunter (Jl. Ngurahrai s/d muara)
  • Normalisasi K. Buaran (Jl. Inspeksi Sal. Tarum Barat s/d Jl. Radin Inten)
  • Cakung Drain (Eastern Main Drain)
  • Pembangunan Saluan Sunter Barat)
  • Pembangunan Waduk Sunter Barat
  • Pembangunan Waduk Sunter Timur I (Rawabadak
  • Pembangunan Waduk Sunter Timur II
  • Pembangunan Banjir Kanal Timur (2002 s/d 2009)

Masih banyak ropgram masterplan yang belum terealisir sampai saat ini terutama pada daerah midle/tengah dan hulu , untuk program selanjutnya akan diprogramkan sesuai dengan skala prioritas guna penanganan pengendalian banjir diwilayah Jabodetabek.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari PBPS Ciliwung Cisadane pada Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane adalah melaksanakan pengelolaan sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai Ciliwung Cisadane.

1.3. Sasaran dan Manfaat

Sasaran dan manfaat kegiatan PBPS Ciliwung Cisadane pada Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane adalah melakukan pengelolaan sumber daya air perhadap pengendalian daya rusak air, guna mengendalikan daya rusak
yang diakibatkan oleh air banjir, sehingga masyarakat yang ada diwilayah kerja PBPS Ciliwung Cisadane bisa menerima manfaat dari semua kegiatan yang dilaksanakan.

II. KEWENANGAN PBPS CILIWUNG CISADANE

2.1. Wilayah Kerja PBPS Ciliwung Cisadane

Wilayah kerja PBPS Ciliwung Cisadane pada Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane meliputi satuan wilayah sungai yang berada pada 3 (tiga) provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, dengan batas-batas sebelah Barat Sungai Cimanceri di Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan Puncak Kabupaten Cianjur, sebelah Timur Sungai Lemahabang Kabupaten Bekasi dan sebelah Utara Kepulauan Seribu Kab. Kepulauan Seribu, luas wilayah kerja 6.070,00 km2, dengan 20 sungai yang mengalir dari hulu dan bermuara di Pantai Utara Pulau Jawa.

Picture1Dari 20 sungai yang mengalir ini dikelompokkan menjadi 7 sub satuan wilayah sungai (SSWS), yaitu : SSWS Cimanceri, Cirarab (bogor-Tangerang), Cisadane, Sistem Cengkareng Drain, Banjir Kanal Barat, Banjir Kanal Timur (Bogor-DKI
Jakarta), dan CBL Floodway (Bogor-Bekasi)

Untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang mengalir dari  arah Bogor dan bermuara dipantai utara Jakarta, sungai-sungai tersebut  dapat dilihat dalam peta sebagai berikut:

Sungai-sungai tersebut dari barat ke timur : Mokervart, Angke, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Kali Baru Barat, Ciliwung, Kali Baru Timur, Cipinang, Sunter, Buaran, Jati

2

2.2. Kesepakatan Bersama

Kesepakatan bersama antara Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1992, yaitu tentang pembagian wilayah kerja dimana Departemen Pekerjaan Umum/Pemerintah Pusat untuk wilayah sungai yang melintasi dua provinsi, atau yang dianggap strategis (Sisitem macro drainage), sedang untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta atau sungai dihilir saluran pengendali banjir/ Banjir Kanal, lebih rinci seperti skema dibawah ini

3

III. DATA TEKNIS

3.1. Data Teknis Sungai di SWS Ciliwung Cisadane

Data teknis untuk sungai-sungai diwilayah kerja PBPS Ciliwung Cisadane, yang meliputi 7 sub wilayah sungai besar dan kecil adalah sebagai berikut :

3

3.1. Data Teknis Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung salah satu sungai besar yang membelah kota  Jakarta, bermata air di Telaga Warna Puncak Pas di gunung  Pangranggo, bermuara di Banjir Kanal Barat dan Drainase Gunung Sahari (Pintu Air Kapitol).

Panjang Sungai dari hulu sampai dengan Pintu Air Manggarai + 115,00 km, dan daerah pengaliran seluas + 337 km2, dengan topografi di hulu daerah pegunungan/berbukit dan dihilirnya merupakan daerah datar.

Sungai Ciliwung merupakan sungai besar dan pada musim penghujan  kelebihan air dan dimusim kemarau kekurangan air, pemanfaatan air Sungai Ciliwung belum dilakukan penanganan dan pemanfaaatan  yang optimal, sehingga pada musim penghujan pada beberapa lokasi perumahan sering tergenang/ banjir, disamping itu perumahanperumahan tersebut memang berada pada daerah genangan/bantaran, lokasi perumahan tersebut antara lain berada di daerah Cililitan Kecil, Gang Arus, Bidaracina, Kampung Melayu, Kampung Pulo dan daerah Manggarai.

Untuk mengantisipasi banjir telah dibangun suatu unit Telemetri yang bisa memantau secara riil time ketinggian muka air yang terjadi di alur Sungai Ciliwung ini dan disamping itu pada musim penghujan dilakukan piket banjir dengan menggunakan Radio Telekomunikasi, stasiun tersebut antara lain di Stasiun Ranca Bungur merupakan alat pemantau/pencatat ketinggian curah hujan dilengkapi dengan telemetri, Stasiun Katu Lampa stasiun pengamatan ketinggian muka air, Stasiun Cibinong merupakan stasiun pemantau/pencatan curah hujan, Stasiun Depok stasiun pemantau ketinggian muka air, Stasiun MT. Haryono stasiun pencatat/pemantau ketinggian muka air dan Stasiun PA. Manggarai merupakan stasiun mengamat ketinggian muka air dan curah hujan.

Kondisi exsisting Sungai Ciliwung dari hulu ke hilir sudah cukup kritis, dimana bagian hulu, bagian tengah dan hilir perubahan tata guna lahan tidak dapat dikendalikan sesuai dengan aturan-aturan yang telah disepakati baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakan/ stakeholder yang belum mempunyai kesadaran akan akibat yang ditimbulkan.

Pada tahun 1998-1999 pernah diprogramkan untuk normalisasi alur Sungai Ciliwung di hulu Jembatan Kampung Melayu sepanjang 850,00 m, dimana trase untuk pelebaran sungai Ciliwung dilokasi ini selebar 60,00 m, dengan lebar jalan inspeksi kanan kiri + 10,00 m dan lebar permukaan basah sungai selebar 40,00 m, mestinya selebar inilah alur Sungai Ciliwung dari PA Manggarai ke arah Hulu, tapi kenyataannya lebar sungai Ciliwung di Kebon Pala tinggal + 10,00 m dan perumahan ada didaerah banjir sehingga pada elevasi muka air masih dalam kondisi normal + 700 daerah ini sudah ada genangan.

Disaming perumahan yang berada didaerah bajir/ bantaran budaya membuang sampah masyarakat kita masih seperti itu, mereka tidak menyadari bahwa membuang sampah akan mengakibatkan banjir diwilayahnya mereka sendiri.

Seyogyanya masalah banjir merupakan permasalahan kita bersama stakeholder (pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan perguruan tinggi), yang harus kita atasi bersama.

Program penanganan Sungai Ciliwung pada tahun anggaran 2007 telah melakukan normaslisasi dengan melakukan perkuatan tebing dan pengerukan alur sungai didaerah Hulu Jembatan Kampung Melayu sepanjang 250,00 m kanan kiri dan akan ditindak lanjuti pelaksanaannya pada tahun anggaran 2008 sepanjang 500,00 m.

Disamping itu program peningkatan kapasitas Banjir Kanal Barat akan segera dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak yang dimulai pada tahun 2007 sampai dengan tahun anggaran 2009, sehingga banjir yang terjadi dialur sungai Ciliwung bisa dikurangi.

2

3

3.2. Stasiun Hidrometri

Stasiun hidrometri di daerah pengaliran Sungai Ciliwung cukup  memadai, stasiun pencatat curah hujan (ARR) 4 stasiun yang terdiri  stasiun otomatis 4 dan stasiun yang dilengkapi telemetri 2 stasiun,  stasiun pencatat ketinggian muka air (AWLR) 5 stasiun dan stasiun yang dilengkapi dengan telemetri 4 stasiun.

2

Stasiun hidrometri ini merupakan alat mencatat ketinggian curah hujan dan ketinggian muka air yang terjadi disuatu daerah pengaliran sungai, dimana data ini untuk melelakukan suatu evaluasi dan kajian dimana dari hasil rekaman/pencatatan dari alat AWLR (otomatic water level recording) kita bisa memprediksi akan kedatangan banjir yang kemungkinan terjadi (perambatan aliran air di alur sungai) seperti kita memantau ketinggian muka air yang terjadi di Stasiun Katu Lampa kedatangan ketinggian muka air di stasiun Depok bisa kita pantau 3 s/d 4 jam kemudian (Jarak Stasiun Katu Lampa ke Stasiun Depok + 67 km), sedang dari Stasiun Depok sampai ke Stasiun Manggarai dapat kita pantau 8 s/d 10 jam (Jarak Stasiun Depok ke Stasiun Manggarai + 48 km), dan dari selang waktu kedatangan banjir ini dengan koordinasi piket banjir dengan Pemda DKI/ DPU Provinsi DKI kita menginformasikan akan kedatangan banjir ini kemasyarakat, sehingga tindakan freventip bisa dilakukan.

3.3. Sasaran dan Manfaat

Sasaran manfaat dari program kerja PBPS Ciliwung Cisadane adalah  terkendalinya dan berkurangnya limpasan banjir yang mungkin  terjadi dengan debit kriteria sesuai desain, disepanjang alur sungai di wilayah kerja PBPS Ciliwung Cisadane.

3

Leave a comment